Lifestyle
Sumber foto: Instagram @hukuoh_kurashi
Konsep minimalis yang berpusat
pada hal-hal esensial semakin digemari dalam gaya hidup masyarakat Indonesia.
Mulai dari gaya berpakaian hingga dekorasi rumah, konsep ini masih menjadi
favorit karena memberikan impresi yang bersih, sederhana, dan nyaman dipandang
mata.
Pertama muncul pada tahun 1960-an,
konsep minimalis populer berkat karya dari beberapa seniman Amerika.
Menggantikan gaya dramatis karya seni sebelumnya, aliran seni minimalis dipengaruhi
oleh gaya industrial yang cenderung kaku tanpa mewujudkan simbol dan emosi
tertentu.
Seiring berkembangnya zaman, konsep
minimalis menjadi sarana ekspresi bagi mereka yang suka hal berbau simpel dan
terkesan tenang. Saat ini, konsep tersebut identik dengan dua gaya berbeda, yang
pertama gaya minimalis asal Jepang, dan yang kedua gaya minimalis Skandinavia.
Sudah bisa menebak perbedaan dari kedua gaya ini? Jika belum, yuk, simak ulasan
di bawah ini.
Akar dari minimalis di Jepang
adalah gaya hidup Zen Buddhism dan budaya “less is more”. Memiliki banyak
barang tak membuat seseorang bahagia, karena kebahagiaan sesungguhnya berasal
dari ketenangan spiritual. Selain itu, Jepang juga merupakan negara yang kerap dilanda
bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Hal tersebut membuat masyarakat
Jepang menghindari tumpukan harta benda di rumahnya yang dinilai tak praktis
dan menghambat proses penyelamatan diri ketika bencana terjadi.
Konsep minimalis ini kemudian
tercermin dalam gaya hidup dan cara berpakaian sehari-hari. Gaya minimalis ini
identik dengan warna-warna subtle dan earthy yang terkesan ringan dan tak
mencuri perhatian. Elemen pada dekorasi rumah berpusat pada kayu dan katun
linen yang natural dan nyaman, dengan desain sesederhana mungkin. Terbayang,
kan, kesan “clean” dari minimalis gaya Jepang ini?
Sumber foto: Instagram @mujihouse
Sejahtera dan Nyaman ala Skandinavia
Berbeda dengan Jepang,
negara-negara Skandinavia memiliki ciri khas gaya minimalisnya sendiri. Jika
masyarakat Jepang mengenal kata “Zen”, masyarakat Skandinavia mempopulerkan
kata “Hygge” yang berasal dari Bahasa Denmark dan “Lagom” dari Bahasa Swedia. Kata Hygge berkaitan
dengan konsep hidup sejahtera dengan mengupayakan energi positif yang
menenangkan jiwa, sedangkan Lagom berarti cukup, tidak berlebihan dan tidak
kekurangan. Kedua kata ini saling berkaitan dalam mewujudkan gaya minimalis ala
Skandinavia.
Sumber foto: Instagram @mynordicroom, @scandi_home, @nordicstylereport
Skandinavia memusatkan fokus
minimalisnya pada gaya yang lebih modern dan chic, dengan penataan yang tetap
natural. Pada furnitur dan interior rumah, gaya minimalis Skandinavia identik
dengan karpet rug yang tebal berwarna monokrom, rubber plants atau tanaman
dalam rumah, dan selimut yang hangat dan nyaman. Dalam fashion, gaya ini
berpusat pada desain yang timeless, simpel, terkesan laid-back dan
mengedepankan tekstur. Bayangkan sweater cashmere yang lembut, berpadu dengan
jeans biru vintage dan sepasang sepatu sneakers. Very effortless and very
Scandi!