Lifestyle

Living In Beautiful Bent Vol.1

by Viena Rissanty on 02 Nov, 2018
Community Executive

Sumber foto: Clozette Crew vienarissanty

Saat masih kecil saya sudah diajarkan bahwa mencegah lebih baik dari mengobati. Benar rasanya, jika kita menjaga kesehatan tubuh sejak dini merupakan investasi terbesar di masa depan. Bagaimana dengan kamu? Saya yakin kamu memiliki pendapat yang sama, karena kesehatan sangat mahal harganya.

 

Sejak lahir saya menjalani keseharian seperti anak pada umumnya. Sampai dengan duduk dibangku SMP, saya mengalami panas tinggi. Orang tua membawa saya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan dokter menyarankan untuk melakukan tes darah. Banyak kemungkinan yang dapat menyebabkan saya panas tinggi, seperti demam berdarah dan tifus. Hal janggal pun terlihat pada hasil tes yang menyatakan saya sehat dan dari sinilah cerita ini dimulai.

 

Sering merasa pegal dan nyeri pada tulang punggung, saya menganggap hal yang biasa mengingat banyaknya aktifitas pada saat itu. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, ternyata rasa pegal dan nyeri merupakan tanda dari Scoliosis yang juga membuat saya panas tinggi.

 

Sebelum bercerita lebih lanjut ada baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu apa itu Skoliosis. Pastinya kamu sudah familiar dengan kata Skoliosis yang telah dipelajari saat sekolah. Skoliosis adalah keadaan tulang punggung berbentuk huruf S sehingga menimbulkan rasa nyeri, sakit, dan lainnya pada penderita.

 

Banyak jenis Skoliosis yang dapat terjadi pada tulang punggung seseorang, saya memiliki tipe idiopathic adolescent scoliosis. Secara medis idiopathic adalah tidak diketahui sebab terjadi dan adolescent adalah timbul pada saat usia puber. Idiopathic adolescent scoliosis sendiri merupakan jenis scoliosis yang paling sering ditemukan di dunia.

 

Skoliosis yang diketahui penyebabnya, seperti yang disebabkan oleh kondisi saraf seitingumasi meilian hanya sedikit ditemukan dalam dunia medis begitu juga dengan scoliosis yang merupakan bawaan dari lahir. Skolisos sendiri sering terjadi pada perempuan khususnya ras asia.

 

Singkat cerita saya menjalani perawatan disalah satu rumah sakit Jakarta Pusat. Terhitung empat bulan melakukan perawatan Skoliosis, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Adapun alasan saya untuk tidak melanjutkan perawatan scoliosis, yaitu kurangnya pemahaman dari dokter mengenai scoliosis, tidak adanya pengawasan lebih, malu dengan teman sekolah, dan sakit yang tidak tertahankan.

 

Kurang pemahaman scoliosis, membuat saya tidak terlalu peduli dengan keadaan dan dampaknya. Sampai dengan  6 tahun setelahnya, saya baru merasakan sakit punggung kembali. Kali ini tidak panas tinggi, tetapi merasakan sakit seperti terkilir, perih, dan berkedut di tulang punggung. Hasilnya saya tidak bisa tidur pada malam hari, susah bangun, terasa pusing, dan tidak bisa fokus. Setelah melakukan pemeriksaan kembali, ternyata hal tersebut merupakan gejala lain dari penyakit yang pernah saya alami.

 

Namun,  saya tidak akan menceritakannya lebih lanjut di sini. Saya akan membahas lebih mendalam di artikel selanjutnya.

More From Lifestyle
Unkai Terrace: Sensasi Berada di Lautan Awan
17 Apr, 2024
Lifestyle , Travel
Coba yang Beda: Sauna di Tokyo!
15 Apr, 2024
Lifestyle , Travel
Coba yang Beda: Sauna di Tokyo!
15 Apr, 2024
Lifestyle , Travel