Lifestyle
Sumber foto: Clozette Crew vienarissanty
Saat masih kecil saya sudah diajarkan
bahwa mencegah lebih baik dari mengobati. Benar rasanya, jika kita menjaga kesehatan
tubuh sejak dini merupakan investasi terbesar di masa depan. Bagaimana dengan
kamu? Saya yakin kamu memiliki pendapat yang sama, karena kesehatan sangat
mahal harganya.
Sejak lahir saya menjalani
keseharian seperti anak pada umumnya. Sampai dengan duduk dibangku SMP, saya
mengalami panas tinggi. Orang tua membawa saya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan
dan dokter menyarankan untuk melakukan tes darah. Banyak kemungkinan yang dapat
menyebabkan saya panas tinggi, seperti demam berdarah dan tifus. Hal janggal pun
terlihat pada hasil tes yang menyatakan saya sehat dan dari sinilah cerita ini
dimulai.
Sering merasa pegal dan nyeri pada tulang punggung, saya menganggap hal yang biasa mengingat banyaknya aktifitas pada saat itu. Setelah pemeriksaan lebih lanjut, ternyata rasa pegal dan nyeri merupakan tanda dari Scoliosis yang juga membuat saya panas tinggi.
Sebelum bercerita lebih lanjut
ada baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu apa itu Skoliosis. Pastinya kamu
sudah familiar dengan kata Skoliosis yang telah dipelajari saat sekolah. Skoliosis
adalah keadaan tulang punggung berbentuk huruf S sehingga menimbulkan rasa
nyeri, sakit, dan lainnya pada penderita.
Banyak jenis Skoliosis yang dapat
terjadi pada tulang punggung seseorang, saya memiliki tipe idiopathic adolescent scoliosis. Secara medis idiopathic adalah tidak
diketahui sebab terjadi dan adolescent adalah timbul pada saat usia puber. Idiopathic
adolescent scoliosis sendiri merupakan jenis scoliosis yang paling sering
ditemukan di dunia.
Skoliosis yang diketahui penyebabnya, seperti yang disebabkan oleh kondisi saraf seitingumasi meilian hanya sedikit ditemukan dalam dunia medis begitu juga dengan scoliosis yang merupakan bawaan dari lahir. Skolisos sendiri sering terjadi pada perempuan khususnya ras asia.
Singkat cerita saya menjalani
perawatan disalah satu rumah sakit Jakarta Pusat. Terhitung empat bulan
melakukan perawatan Skoliosis, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan. Adapun
alasan saya untuk tidak melanjutkan perawatan scoliosis, yaitu kurangnya
pemahaman dari dokter mengenai scoliosis, tidak adanya pengawasan lebih, malu
dengan teman sekolah, dan sakit yang tidak tertahankan.
Kurang pemahaman scoliosis,
membuat saya tidak terlalu peduli dengan keadaan dan dampaknya. Sampai
dengan 6 tahun setelahnya, saya baru merasakan
sakit punggung kembali. Kali ini tidak panas tinggi, tetapi merasakan sakit
seperti terkilir, perih, dan berkedut di tulang punggung. Hasilnya saya tidak
bisa tidur pada malam hari, susah bangun, terasa pusing, dan tidak bisa fokus. Setelah
melakukan pemeriksaan kembali, ternyata hal tersebut merupakan gejala lain dari
penyakit yang pernah saya alami.
Namun, saya tidak akan menceritakannya lebih lanjut
di sini. Saya akan membahas lebih mendalam di artikel selanjutnya.